Beranda | Artikel
Kehidupan Hasan bin Ali Setelah Perdamaian dengan Muawiyah
Rabu, 7 November 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Ali Musri Semjan Putra

Kehidupan Hasan bin Ali Setelah Perdamaian dengan Muawiyah merupakan ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A. dalam pembahasan Faedah-Faedah Sejarah Islam. Kajian ini disampaikan pada 25 Muharram 1440 H / 05 Oktober 2018 M.

Download juga kajian sebelumnya: Perdamaian Antara Hasan bin Ali dengan Muawiyah Radhiyallahu ‘anhu

Kajian Tentang Kehidupan Hasan bin Ali Setelah Perdamaian dengan Muawiyah

Hasan bin Ali bin Abi Thalib adalah salah satu dari cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki legenda terbesar dalam sejarah. Diantaranya perdamaian yang sebelumnya terjadi perpecahan dikalangan kaum muslimin. Dan diamasa beliau mencapai persatuan kembali sebagaimana yang telah kita bahas.

Sikap beliau itu mendapat pujian banyak sekali, bahkan sebelumnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memuji tindakan itu dalam sabda beliau:

إِنَّ ابْنِي هَذَا لَسَيِّدٌ، إِنْ يَعِشْ يُصْلِحْ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Sejatinya cucuku ini adalah seorang pemimpin besar. Dan bila ia berumur panjang, niscaya dia akan mempersatukan/ mendamaikan antara dua kelompok ummat Islam yang sedang bertikai” (HR Ahmad dan lainnya).

Setelah beliau berdamai dengan Muawiyah bin Abi Sofyan radhiyallahu ‘anhu, akhirnya beliau pindah ke Madinah bersama semua keluarga beliau dari Bani Hasyim. Karena sebagaimana kita ketahui, diwaktu kekuasaan Ali bin Abi Thalib, keluarga Bani Hasyim secara umum ikut pindah ke Kufah saat kekuasaan dipindahkan oleh Ali bin Abi Thalib. Madinah kembali menjadi pusat ilmu dan kondisi keamanan mulai membaik dan bahkan selalu membaik. Akhirnya berbagai kemajuan dengan adanya ketenangan politik dapat diraih oleh kaum muslimin.

Salah satu pelajaran penting baik bagi rakyat maupun bagi penguasa adalah bahwa politik sangat berpengaruh kedalam kondisi pendidikan dan ekonomi. Termasuk dalam hal ini dakwah. Kekacauan politik akan mengganggu kemajuan diberbagai bidang yang lainnya. Oleh sebab itu sebaiknya kita kaum muslimin ataupun penguasa seharusnya selalu menjaga kestabilan ketenangan politik. Jauh dari kericuhan, keributan. Karena demi stabilitas politik itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk melakukan kudeta, perlawanan dengan senjata kepada penguasa yang melakukan kedzaliman dan ketidakadilan didalam kekuasaannya.

Tapi bukan berarti bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai pemimpin yang dzalim. Pemimpin yang dzalim sangat dicela dalam Islam. Sangat banyak ayat dan hadits yang mencela orang-orang yang dzalim. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa seorang yang menjadi pemimpin bagi umat Islam dan tidak bersungguh-sungguh memperhatikan urusan mereka, sesungguhnya pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama rakyatnya. Sebaliknya, terdapat pujian kepada orang-orang yang adil dalam kepemimpinannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا.

Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, pada hari Kiamat kelak, ia berada di atas mimbar dari cahaya di sebelah kanan Allah Azza wa Jalla yang Maha pengasih. Kedua tangan Allah sebelah kanan. (Mimbar tersebut) diberikan untuk orang yang bersikap adil dalam berhukum mereka, keluarga mereka, dan yang mereka kuasai

Dari sini kita mengetahui bahwa Islam sangat memperhatikan ketenangan suatu bangsa, persatuan rakyat dan penguasa. Tidak sedikit hadits yang dikemukakan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim yang diberi judul oleh Imam Nawawi dengan Kitabul Umara. Disitu banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan sikap yang seharusnya diambil oleh kaum muslimin dalam menghadapi penguasa-penguasa yang berlaku tidak baik didalam kekuasaannya. Tujuan dari semua ini adalah agar terciptanya keamanan dan kestabilan politik. Oleh sebab itu kita berharap kepada tokoh bangsa untuk kembali meninjau sistem pemerintahan yang ada di negara kita. Terutama sistem pemilihan presiden yang selalu memancing terjadinya kericuhan, keributan, permusuhan, pemalsuan dan berbagai macam bentuk kejahatan oleh sistem politik tersebut.

Maka alangkah baiknya sebagaimana yang telah digariskan oleh pendahulu bangsa ini, bahwa sistem pemilihan pemimpin di negara kita adalah sistem musyawarah dan mufakat. Bukan dengan cara memprovokasi rakyat secara umum untuk saling bertentangan, bermusuhan. Sehingga negara kita banyak menghabiskan energi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat sistem yang kita miliki. Semoga hal seperti ini menjadi perhatian bagi tokoh-tokoh bangsa. Kembali kepada apa yang telah digariskan oleh pendahulu bangsa ini, yaitu hendaknya kembali kepada sistem asli nusantara. Yaitu dengan sistem musyawarah dan mufakat yang itu juga sangat sejalan dengan nilai-nilai Islam. Bahwa kepemimpinan dalam Islam salah satunya diangkat dengan sistem syuro.

Itulah salah satu pelajaran yang bisa kita ambil bahwa persatuan dan ketenangan adalah salah satu dasar utama untuk membangun bangsa ini. Disitu akan tercipta keadilan, rakyat akan merasa memiliki kepada bangsanya. Semoga kita semua dituntun oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk jauh dari sifat-sifat yang akan merugikan diri kita,  rakyat dan bangsa kita.

Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download MP3 Kajian Tentang Kehidupan Hasan bin Ali Setelah Perdamaian dengan Muawiyah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45095-kehidupan-hasan-bin-ali-setelah-perdamaian-dengan-muawiyah/